TribunPagi.com - Walau pemilihan Presiden memang masih akan dilangsungkan pada 2019 mendatang.
Tetapi untuk suasana Pilpres sudah bisa dirasakan muali dari sekarang ini. Bahkan ini juga telah dinikmati oleh Prof Mahfud MD.
Lewat akun sosial media miliknya, Mahfud memberikan klarifikasi mengenai isu yang tengah beredar tentang dirinya.
Baca juga: (Difitnah @PartaiHulk, Menkominfo Rudiantara Tak Tinggal Diam, Yang dilakukannya pasti Bikin Pelaku 'Gemetar')
Berikut salinan tim dari TribunPagi.com yang diambil dari laman TribunNews:
Pagi ini terasa segar mendengar kicau burung di rumah Yogya. Di medsos ramai cuat-cuit tentang kesediaan saya menjadi cawapres seperti banyak diberitakan kemarin sore.
Sebenarnya jawaban saya tentang pencawapresan sama dengan jawaban-jawaban sebelumnya tapi entah mengapa yang sekarang jadi viral.
Kemarin siang saya ada pertemuan BPIP dengan Pimpinan MPR. Di depan pintu dicegat dengan pertanyaan, apakah sy bersedia menjadi cawapres seperti yang muncul di dalam radar analisis dan survai-survai.
Jawaban saya konsisten yakni "Saya tidak ingin tetapi bukan tidak bersedia jadi cawapres"
Saya tidak pernah menawarkan diri untuk menjadi cawapres, misalnya, tidak memasang baliho, tidak meminta dimasukkan ke dalam survai, bahkan tidak melobi kepada parpol.
Itu artinya saya tidak ingin. Tetapi tidak ingin bukan berarti tidak mau. Kalau mengatakan tidak mau itu sombong.
Ketika ditanya pers, bagaimana sikap saya dengan masuknya nama saya ke bursa cawapres untuk mendampingi Pak Jokowi maka saya jawab, "Alhadulillah dan terimakasih, nama sy masuk. Berarti demokrasi makin maju sebab di luar opini dan survai mainstream masih bisa muncul nama lain.
Maksud saya kita perlu bersyukur.
Meski banyak dikritik demokrasi pasca reformasi sudah ada kemajuan yakni bisa memunculkan capres-cawapres dari bawah.
Sebelm reformasi tak mungkin ada calon muncul dari bawah dan tak ada angka-angka survai karena calon dan pemenangnya sudah direkayasa.
Ketika ditanya pers, apa sdh ada komunikasi dgn parpol-parpol maka saya jawab, ya, sdh ada komunikasi informal.
Istilahnya saling bergurau melempar bola politik untuk coba2. Komunikasi formal tidak ada.
Apa saya bersedia jd cawapres?. Jawaban saya tetap, "saya tidak ingin tapi bukan tidak mau".
Atas jawaban "tidak ingin tapi tak mau" itu ada wartawan yang menyeletuk, "Kok jawabannya bersayap, artinya bersedia, kan?".
Mau menjawab bagaimana lagi? Itulah sikap saya. "Kalau bilang ingin saya bisa dinilai tak tahu diri tapi kalau bilang tidak mau bisa dinilai sombong dan tak nasionalis".
Sebelumnya, Koordinator Divisi Koruptor Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz menilai bahwa Mahfud telah memenuhi tiga syarat untuk menjadi Capres atau Cawapres.
Baca juga: (Alasan Mulia Presiden Jokowi Tolak Tandatangan UU MD3 Terungkap, Walau Sia-sia tapi sangat Menyayat Hati)
Adapun sosok yang dimaksud adalah bersih dan negarawan, punya visi penegakan hukum dan demokrasi yang kuat dan konsisten, berani melawan mafia hukum dan mafia bisnis.
Ditanya Kesediaan jadi Cawapres, Hanya Orang Jenius Paham Penjelasan Mahfud ini, Saking Membingungkannya
Share this:
Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Tidak ada komentar